Semarak riuh rendah derai hujan.
Serempak menghujam bumi.
Terseret rendah oleh serangan waktu.
Memandang jatuhkan gumam.
Hidupi senja karena tangisan.
Gerombolan fikir tertidur.
Berteriak lantang sedari dulu.
Cendawan hitam terpesona kelabu.
Jatuh berserak daun.
Penghormatan jera menghirup aroma.
Sekedar bergelut dengan diri sendiri.
Senin, 04 April 2011
21-11-2010 cahaya abadi
Dalamnya keinginan terbunuh oleh keraguan.
Terbersit dalam pikir segera berdiri.
Terhunuskan pedang kearah jantung.
Tajam meluncur menumpahkan air mata.
Cahaya terang meredup untuk kesekian kali.
Berkas cahaya abadi jatuh menambah terangnya hari.
Semua merasa hidup ini indah.
Bukan hanya perputaran roda kereta saat menanjak.
Resaplah air yang mengalirkan keceriaan.
Bersambunglah senyum menyambut hangatnya cahaya abadi.
Terbersit dalam pikir segera berdiri.
Terhunuskan pedang kearah jantung.
Tajam meluncur menumpahkan air mata.
Cahaya terang meredup untuk kesekian kali.
Berkas cahaya abadi jatuh menambah terangnya hari.
Semua merasa hidup ini indah.
Bukan hanya perputaran roda kereta saat menanjak.
Resaplah air yang mengalirkan keceriaan.
Bersambunglah senyum menyambut hangatnya cahaya abadi.
21-11-2010 makna kata
Jatuh sudah ludah ke tanah.
Hambar sudah rasa nafas.
Sejenak isyarat itu untuk ini.
Berselang sudah untuk itu.
Mengapa menyatakan kalau tidak bisa menepati.
Terlanjur aku terbang tinggi karenanya.
Dengan mudah aku terjatuh berkeping tiada sisa.
Dipuja layaknya raja.
Namun sekejap diludahi layaknya bangkai binatang.
Langganan:
Postingan (Atom)